Laman

Kamis, 13 Desember 2012

PTK Metode Demonstrasi

PTK Metode Demonstrasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu yang penting dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini bisa dibuktikan dengan pencanangan pemerintah yang mewajibkan pendidikan 9 tahun yakni SD sampai SMP. Program pemerintah ini tidaklah isapan jempol belaka, namun program ini didukung dengan mulai diterapkannya sekolah gratis di tingkat SD, SMP dan SMU/SMK. Dalam upaya mencerdasakan kehidupan bangsa pemerintah juga berupaya meningkatkan kualitas tenaga pendidik dengan diadakannya sertifikasi dan diklat-diklat, dimana diharapkandari hasil ini proses pembelajaran bisa berjalan sesuai dengan tujuan pendidikan yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Terciptanya pembelajaran yang aktif, kreatif , Inovatif dan berkualitas adalah merupakan dambaan setiap guru, karena dengan pola pembelajaran ini di harapkan proses belajar bisa berjalan dan dapat sesuai dengan target yang di inginkan Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa khususnya pelajaran IPA. Misalnya dengan membimbing siswa untuk bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan. Pemahaman ini memerlukan minat dan motivasi. Tanpa adanya minat menandakan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu, guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dinyatakan bahwa, “Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan” (Depdiknas, 2006:47). Pencapaian SK dan KD tersebut pada pembelajaran IPA didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru dengan berorientasi kepada tujuan kurikuler Mata Pelajaran IPA. Salah satu tujuan kurikuler pendidikan IPA di Sekolah Dasar adalah “Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan;” (Depdiknas, 2006: 48) Dari uraian di atas IPA atau Sains adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai Obyek, menggunakan metode Ilmiah sehingga perlu diajarkan di Sekolah Dasar. Setiap guru harus paham akan alasan mengapa sains perlu diajarkan di sekolah dasar. Ada berbagai alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran itu dimasuk ke dalam kurikulum suatu sekolah. Usman Samatowa (2006) menegemukakan empat Alasan sains dimasukan dikurikulum Sekolah Dasar yaitu: Bahwa sains berfaedah Bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan materil suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidangsains, sebab sains merupakan dasar teknologi, sering disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi ialah sains. Orang tidak menjadi Insinyur elektronika yang baik, atau dokter yang baik, tanpa dasar yang cukup luas mengenai berbagai gejala alam. Bila diajarkan sains menurut cara yang tepat, maka sains merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis; misalnya sains diajarkan dengan mengikuti metode "menemukan sendiri". Dengan ini anak dihadapkan pada suatu masalah; umpamanya dapat dikemukakan suatu masalah demikian". Dapatkah tumbuhan hidup tanpa daun?" Anak diminta untuk mencari dan menyelidiki hal ini.Bila sains diajarkan melalui percobaan -percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak. maka sains tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka. Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA, guru sebagai pengelola langsung pada proses pembelajaran harus memahami karakteristik (hakikat) dari pendidikan IPA sebagaimana dikatakan (Depdiknas, 2006:47), bahwa: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Karakteristik pendidikan IPA yang digariskan oleh Departemen Pendi-dikan Nasional sejalan dengan pandangan para pakar pendidikan IPA di tingkat Internasional. Menurut Trowbridge & Bybee (1990:48) IPA merupakan perwujudan dari suatu hubungan dinamis yang mencakup tiga faktor utama, yaitu: IPA sebagai suatu proses dan metode (methods and processes); IPA sebagai produk-produk pengetahuan (body of scientific knowledge), dan IPA sebagai nilai-nilai (values). IPA sebagai proses/metode penyelidikan (inquiry methods) meliputi cara berpikir, sikap, dan langkah-langkah kegiatan saintis untuk memperoleh produk-produk IPA atau ilmu pengetahuan ilmiah, misalnya observasi, pengukuran, merumuskan dan menguji hipotesis, mengumpulkan data, bereksperimen, dan prediksi. Dalam wacana sepert itu maka IPA bukan sekadar cara bekerja, melihat, dan cara berpikir, melainkan ‘science as a way of knowing’. Artinya, IPA sebagai proses juga dapat meliputi kecenderungan sikap/tindakan, keingintahuan, kebiasaan berpikir, dan seperangkat prosedur. Sementara nilai-nilai (values) IPA berhubungan dengan tanggung jawab moral, nilai-nilai sosial, manfaat IPA untuk IPA dan kehidupan nanusia, serta sikap dan tindakan (misalnya, keingintahuan, kejujuran, ketelitian, ketekunan, hati-hati, toleran, hemat, dan pengambilan keputusan). Karakteristik dan pengertian IPA sebagaimana diuraikan di atas secara singkat terangkum dalam pengertian IPA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk Mata Pelajaran IPA, bahwa IPA adalah “cara mencari tahu secara sistematis tentang alam semesta”. Dalam proses mencari tahu ini pembelajaran IPA dirancang untuk mengembangkan Kerja Ilmiah dan Sikap Ilmiah siswa. Pengertian tersebut mengandung makna bahwa proses pembelajaran IPA di Sekolah Dasar menuntut guru mampu menyediakan mengelola pembelajaran IPA dengan suatu metode dan teknik penunjang yang memungkinkan siswa dapat mengalami seluruh tahapan pembelajaran yang bermuatan keterampilan proses, sikap ilmiah, dan penguasaan konsep. Sementara kenyataan di lapangan, pada mayoritas SD, tuntutan karak-teristik pendidikan IPA sebagaimana diamanatkan oleh KTSP masih jauh dari yang dimaksudkan. Implementasi KTSP lebih terfokus pada pembenahan jenis-jenis administrasi pembelajaran. Sedangkan dalam pelaksanaan KBM belum menunjukkan perubahan yang sangat berarti. Hal ini disebabkan antara lain, pemberlakukan KTSP belum disertai dengan pelatihan bagi guru-guru bagaimana mengelola pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum. Selain itu, fasilitas pembelajaran IPA seperti media dan alat peraga, kualitas dan kuantitasnya tidak banyak berubah, yaitu jauh dari memadai. Dari hasil studi pendahuluan di Sekolah Dasar, khususnya di Sekolah Dasar Negeri Mojo III / 222 Kecamatan Gubeng Kota Surabaya, para guru menyadari bahwa pelaksanaan pembelajaran IPA selama ini masih memiliki banyak kelemahan antara lain pembelajaran IPA masih kurang melibatkan siswa pada aktivitas keterampilan proses atau kerja ilmiah IPA. Kegiatan pembelajaran jarang dalam bentuk kegiatan praktikum, karena alat-alat yang diperlukan sangat terbatas. Guru kelas sudah berusaha menyediakan alat-alat sederhana sejauh kemampuan. Tetapi karena sangat terbatasnya keterampilan dan waktu yang dimiliki guru (beberapa guru bertindak sebagai guru kelas rangkap), sangat terbatas juga alat yang dapat disediakan. Untuk menghindarai agar pembelajaran IPA tidak terlalu verbalistik, maka metode pembelajaran yang paling memungkinkan digunakan guru dalam pembelajaran IPA adalah pembelajaran secara klasikal Menerangkan, Memberi Pertanyaan dan Nilai Metode klasikal yang selama ini banyak diterapkan guru yakni datang, menerangkan, mengevaluasi dan memberi nilai dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Negeri Mojo III / 222 Kecamatan Gubeng Kota Surabaya belum menghasilkan pembelajaran IPA yang efektif. Pada saat pembelajaran masih banyak siswa yang kurang penuh memperhatikan guru. Bahkan tidak sedikit siswa yang masih sempat melakukan kegiatan lain yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan pembelajaran, misalnya mengobrol dengan teman, memain-mainkan sesuatu, mengganggu teman, atau menulis dan membuat coretan gambar sesuai dengan keinginannya sendiri. Dari latar belakang di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul “Penerapan Metode Demonstrasi untuk Meningkatkan Prestasi belajar IPA Siswa Kelas IV SDN MOJO III/222 Surabaya” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi pada pembelajaran IPA di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Mojo III/222 Surabaya? 2. Bagaimanakah pengaruh penggunaaa metode demonstrasi terhadap prestasi belajar IPA di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Mojo III/222 Surabaya? 3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penerapan metode demonstrasi ada pembelajaran IPA di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Mojo III/222 Surabaya? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Ingin mengetahui bagaimana penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi pada pembelajaran IPA di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Mojo III/222 Surabaya? 2. Untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Mojo III/222 Surabaya dengan metode demonstrasi 3. Mengetahui tangapan siswa setelah menggunakan metode demonstrasi D. Manfaat Penelitian Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat: 1. Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran IPA, melalui kegiatan penelitian ini diperoleh alat dan teknik penunjang yang lebih realistis dan aplikatif untuk keperluan optimalisasi penggunaan metode demonstrasi pada pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Aturan dan model tersebut dapat dijadikan perbandingan dan pertimbangan bagi guru-guru lainnya yang akan menggunakan metode demonstrasi pada kelas dan mata pelajaran yang berbeda. 2. Meningkatkan motivasi pada pelajaran IPA dan mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan bidang studi IPA karena penelitian ini memberikan pengalaman langsung kepada guru kelas untuk memecahkan permasalahan secara terencana dan sistematis yang terkait dengan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar khususnya di Kelas IV Sekolah Dasar Negeri MOJO III/222 Surabaya 3. Secara kelembagaan penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan fungsi lembaga pendidikan dalam mewujudkan pengelolaan kurikulum berbasis sekolah. Antara lain merintis pelaksanaan pembelajaran yang benar-benr merujuk kepada kondisi dan kompetensi realistik sekolah yang bersangkutan. E. Definisi Operasional Variabel Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut: 1. Metode Demonstrasi: Suatu metode pembelajaran dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswa memperlihatkan secara keseluruhan suatu proses atau suatu cara untuk melakukan sesuatu 2. Prestasi belajar adalah: Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran. F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah yang meliputi: 1. Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa IV tahun pelajaran 2010/2011. 2. Penelitian ini dilaksanakan pada semester Ganjil tahun palajaran 2010/2011 3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan Rangka Manusia BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat IPA IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso (1998:23) merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal”. Menurut Abdullah (1998:18), IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain”. Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan dididapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus di sempurnakan. Dalam pembelajaran IPA mencakup semua materi yang terkait dengan objek alam serta persoalannya. Ruang lingkup IPA yaitu makhluk hidup, energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses materi dan sifatnya. IPA terdiri dari tiga aspek yaitu Fisika, Biologi dan Kimia. Pada apek Fisika IPA lebih memfokuskan pada benda-benda tak hidup. Pada sapek Biologi IPA mengkaji pada persoalan yang terkait dengan makhluk hidup serta lingfkungannya. Sedangkan pada aspek Kimia IPA mempelajari gejala-gejala kimia baik yang ada pada makhluk hidup maupun benda tak hidup yang ada di alam. Dari uraian di atas mengenai pengertian pendidikan dan IPA maka pendidikan IPA merupakan penerapan dalam pendidikan dan IPA untuk tujuan pembelajaran termasuk pembelajaran di SD. Pendidikan IPA menurut Tohari (1978:3) merupakan “usaha untuk menggunakan tingkah laku siswa hingga siswa memahami proses-proses IPA, memiliki nilai-nilai dan sikap yang baik terhadap IPA serta menguasi materi IPA berupa fakta, konsep, prinsip, hokum dan teori IPA”. Pendidikan IPA menurut Sumaji (1998:46) merupakan “suatu ilmu pegetahuan social yang merupakan disiplin ilmu bukan bersifat teoritis melainkan gabungan (kombinasi) antara disiplin ilmu yang bersifat produktif”. Pendidikan IPA menjadi suatu bidang ilmu yang memiliki tujuan agar setiap siswa terutama yang ada di SD memiliki kepribadian yang baik dan dapat menerapkan sikap ilmiah serta dapat mengembangkan potensi yang ada di alam untuk dijadikan sebagai sumber ilmu dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hariSecara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari, 2001: 7) adalah sebagai berikut: 1. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam bentuk angka-angka. 2. Observasi dan eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya. 3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat. 4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari penemuan sebelumnya. Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebernaran. 5. Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA, dimana konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses dengan menggunakan metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil (produk). B. Proses Belajar Mengajar IPA Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman, 2000: 5). Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam Usman, 2000: 5). Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar. Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar (Usman, 2000: 4). Sedangkan menurut buku Pedoman Guru Pendidikan Agama Islam, proses belajar mengajar dapat mengandung dua pengertian, yaitu rentetan kegiatan perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi program tindak lanjut (dalam Suryabrata, 1997: 18). Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran IPA. a. Meningkatkan penalaran, analisis dan keterampilan siswa memecahkan masalaha tanpa pertolongan orang lain. b. Meningkatkan kreatifitas siswa untuk terus belajar dan tidak hanya menerima saja. E. Prestasi Belajar IPA Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran. Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah. Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar IPA adalah nilai yang diperoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar IPA. F. Metode Demonstrasi 1. Pengertian metode Metode berasal dari bahasa latin “ methodos “ yang berarti jalan yang harus dilalui. Menurut Nana Sudjana ( 2002 : 260 ) “ Metode adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pelajaran, oleh karena itu peranan metode pengajaran sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar “. Sedangkan menurut Sukartiaso ( dalam Moedjiono dan Dimyati 1995 :45 ) “ Metode adalah cara untuk melakukan sesuatu atau cara untuk mencapai suatu tujuan ”. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Dalam kegiatan pembelajaran, metode sangat diperlukan oleh guru untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. 2. Pengertian Metode Demonstrasi Kegiatan belajar mengajar akan lebih bersemangat apabila seorang guru dapat menggunakan metode yang menarik dan bervariasi dalam mengajar.Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan “ ( Mulyani Sumantri, dalam Roetiyah 2001 : 82 ). Pendapat lain menyatakan bahwa metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang instruktur atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses ( Roestiyah N. K 2001 : 83 ). Menurut Udin S. Wianat Putra, dkk ( 2004 : 424 ) “ Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan sesuatu untuk memperunjukkan proses tertentu “. Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah ( 2000 : 54 ) : “Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran “. Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode demonstrasi menurut penulis adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan secara langsung proses terjadinya sesuatu yang disertai dengan penjelasan lisan. 3. Keunggulan Metode Demonstrasi Menurut Elizar ( 1996 : 45 ), keunggulan dari metode demonstrasi adalah kemungkinan siswa mendapat kesalahan lebih kecil, sebab siswa mendapatkan langsung dari hasil pengamatan kemudian siswa memperoleh pengalaman langsung, siswa dapat memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang dianggap penting, bila melihat hal-hal yang membuat keraguan, siswa dapat bertanya langsung pada guru. Sedangkan menurut M. Basyiruddin Usman ( 2002 : 46 ) menyatakan bahwa keunggulan dari metode demonstrasi adalah perhatian siswa akan dapat terpusat sepenuhnya pada pokok bahasan yang akan didemonstrasikan, memberikan pengalaman praktis yang dapat membentuk ingatan yang kuat dan keterampilan dalam berbuat, menghindarkan kesalahan siswa dalam mengambil suatu kesimpulan, karena siswa mengamati secara langsung jalannya demonstrasi yang dilakukan. Adapun menurut Syaiful Bahri Djamarah ( 2000 : 56 ) menyatakan bahwa keunggulan metode demonstrasi adalah membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu kegiatan pembelajaran, memudahkan berbagai jenis penjelasan, kesalahan- kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret dengan menghadirkan objek sebenarnya. Dari ketiga pendapat di atas dapat penulis ambil kesimpulan bahwa keunggulan metode demonstrasi adalah siswa dapat memusatkan perhatiannya pada pokok bahasan yang akan didemonstrasikan, siswa memperoleh pengalaman yang dapat membentuk ingatan yang kuat, siswa terhindar dari kesalahan dalam mengambil suatu kesimpulan, pertanyaan-pertanyaan yang timbul dapat dijawab sendiri oleh siswa pada saat dilaksanakannya demonstrasi, apabila terjadi keraguan siswa dapat menanyakan secara langsung kepada guru, kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki karena siswa langsung diberikan contoh konkretnya. 4. Kelemahan metode Demonstrasi Walaupun memiliki beberapa kelebihan, namun metode demonstrasi ini juga memiliki beberapa kelemahan-kelemahan. Menurut Syaiful Bahri Djamarah ( 2000 : 57 ), ada beberapa kelemahan metode demonstrasi yaitu anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan, tidak semua benda dapat didemonstrasikan, sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan. Dari pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa kelemahan metode demonstrasi adalah tidak semua benda dan materi pembelajaran yang bisa didemonstrasikan dan metode ini tidak efektif bila tidak ditunjang oleh keterampilan guru secara khusus . Meskipun metode ini memiliki banyak kelemahan-kelemahan, penulis melihat metode ini sangat bagus sekali apabila diterapkan dalam pembelajaran bernyanyi, karena siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan guru mengenai cara bernyanyi, tetapi siswa juga dapat langsung mempraktekkan kegiatan bernyanyi yang dipelajari. Hal ini akan menghilangkan kejenuhan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Agar pelaksanaan metode demonstrasi berjalan baik, alangkah baiknya guru memperhatikan hal-hal berikut : rumuskan tujuan instruksional yang dapat dicapai oleh siswa, susun langkah-langkah yang akan dilakukan dengan demonstrasi secara teratur sesuai dengan skenario yang direncanakan, persiapkan peralatan atau bahan yang dibutuhkan sebelum demonstrasi dimulai dan atur sesuai skenario yang direncanakan, teliti terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan agar demonstrasi berhasil dilakukan, perhitungkan waktu yang dibutuhkan sehingga kita dapat memberikan keterangan dari siswa bisa mengajukan pertanyaan apabila ada keraguan. Selama demonstrasi berlangsung hendaknya guru memperhatikan hal-hal sebagai berikut : apakah demonstrasi dapat diikuti oleh setiap siswa, apakah demonstrasi yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah dilakukan, apakah keterangan yang diberikan dapat didengarkan dan dipahami oleh siswa, apakah siswa telah diberikan petunjuk mengenai hal-hal yang perlu dicatat, apakah waktu yang tersedia dapat digunakan secara efektif dan efisien 5. Langkah-langkah metode Demontrasi Untuk melaksanakan metode demonstrasi yang baik atau efektif, ada beberapa langkah yang harus dipahami dan digunakan oleh guru, yang terdiri dari perencanaan, uji coba dan pelaksanaan oleh guru lalu diikuti oleh murid dan diakhiri dengan adanya evaluasi(J.J Hasibuan dan Mujiono,1993:31). Adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan dengan jelas kecakapan dan atau keterampilan apa yang diharapkan dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi itu dilakukan. 2. Mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah metode itu wajar dipergunakan, dan apakah ia merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan. 3. Alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa didapat dengan mudah, dan sudah dicoba terlebih dahulu supaya waktu diadakan demonstrasi tidak gagal. 4. Jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan jelas. 5. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan, sebaiknya sebelum demonstrasi dilakukan, sudah dicoba terlebih dahulu supaya tidak gagal pada waktunya. 6. Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, apakah tersedia waktu untuk memberi kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan komentar selama dan sesudah demonstrasi. 7. Selama demonstrasi berlangsung, hal-hal yang harus diperhatikan: a) Keterangan-keterangan dapat didengar dengan jelas oleh siswa. b) Alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap siswa dapat melihat dengan jelas. c) Telah disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan seperlunya. 8. Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa. Sering perlu diadakan diskusi sesudah demonstrasi berlangsung atau siswa mencoba melakukan demonstrasi. Setelah perencanaan-perencanaan telah tersusun sebaiknya diadakan uji coba terlebih dahulu agar penerapannya dapat dilaksanakan dengan efektif dan tercapai tujuan belajar mengajar yang telah ditentukan dengan mengadakan uji coba dapat diketahui kekurangan dan kesalahan praktek secara lebih dini dan dapat peluang untuk memperbaiki dan menyempurnakannya. Langkah selanjutnya dari metode ini adalah realisasinya yaitu saat guru memperagakan atau mempertunjukkan suatu proses atau cara melakukan sesuatu sesuai materi yang diajarkan. Kemudian siswa disuruh untuk mengikuti atau mempertunjukkan kembali apa yang telah dilakukan guru. Dengan demikian unsur-unsur manusiawi siswa dapat dilibatkan baik emosi, intelegensi, tingkah laku serta indera mereka, pengalaman langsung itu memperjelas pengertian yang ditangkapnya dan memperkuat daya ingatnya mengetahui apa yang dipelajarinya. Untuk mengetahui sejauhmana hasil yang dicapai dari penggunaan metode demonstrasi tersebut diadakan evaluasi dengan cara menyuruh murid mendemonstrasikan apa yang telah didemonstrasikan atau dipraktekkan guru. Pada hakikatnya, semua metode itu baik. Tidak ada yang paling baik dan paling efektif, karena hal itu tergantung kepada penempatan dan penggunaan metode terhadap materi yang sedang dibahas. Yang paling penting, guru mengetahui kelebihan dan kekurangan metode-metode tersebut. Metode demonstrasi ini tepat digunakan apabila bertujuan untuk: Memberikan keterampilan tertentu, memudahkan berbagai jenis penjelasan sebab penggunaan bahasa lebih terbatas, menghindari verbalisme, membantu anak dalam memahami dengan jelas jalannya suatu proses dengan penuh perhatian sebab lebih menarik . (Zuhairini,1983:94:95) BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Menurut Oja dan Sumarjan (Titik Sugiarti, 1997; 8) mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru bertindak sebagai peneliti, (b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) simultan terintegratif, dan (d) administrasi sosial ekperimental. Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah praktisi (guru). Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan. . A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di Kelas IV SDN MOJO III tahun pelajaran 2010 / 2011. 2. Waktu Penelitian Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil 2010/2011 3. Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas IV SDN MOJO III/222 pelajaran IPA pokok bahasan Rangka Manusia B. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000: 3). Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan pratek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5). Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 3.1 Alur PTK Penjelasan alur di atas adalah: 1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran. 2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model penemuan terbimbing. 3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. 4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya. Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan. C. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Silabus Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar. 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RPP berisi kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar. 3. Lembar Kegiatan Siswa Lembar kegaian ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data hasil kegiatan belajar mengajar. 4. Tes formatif Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep IPA pokok bahasan Rangka Manusia.Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 50 soal yang telah diujicoba dengan memperhatikan. a. Taraf Kesukaran Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal adalah indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk menentukan taraf kesukaran adalah: (Suharsimi Arikunto, 2001: 208) Dengan: P : Indeks kesukaran B : Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes Kriteria untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut: - Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah sukar - Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang - Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah b. Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda desebut indeks diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks diskriminasi adalah sebagai berikut: (Suharsimi Arikunto, 2001: 211) Dimana: D : Indeks diskriminasi BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar JA : Jumlah peserta kelompok atas JB : Jumlah peserta kelompok bawah Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar. Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Kriteria yang digunakan untuk menentukan daya pembeda butir soal sebagai berikut: - Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek - Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup - Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik - Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah sangat baik. D. Metode Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan pembelajaran penemuan dengan menggunakan metode demonstrasi, observasi aktivitas siswa dan guru angket motivasi siswa, dan tes formatif. Jenis data yang akan dianalisis adalah data yang dikumpulkan baik pada saat pra-tindakan, selama tindakan, maupun sesudah tindakan pembelajaran dilaksanakan. Jenis data beserta metode dan instrument yang digunakan untuk memperolehnya ditunjukkan pada table berikut. Tabel 1 Jenis Data, Metode dan Instrumen Pengumpul NO JENIS DATA METODE ALAT 1. 2. 3. 4. Perencanaan pembelajaran dengan meng-gunakan metode demonstrasi. 1. Penentuan model/tahap pembelajaran; 2. Penentuan alat, media, dan sumber pengajaran Proses pembelajaran dengan mengguna-kan metode demonstrasi. a. Aktivitas atau kinerja guru b. Aktivitas atau kinerja siswa Peningkatan efektifitas pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi. Faktor pendukung dan penghambat/ken-dala esensial (terkait erat dengan focus penelitian) yang ditemukan selama pelaksanaan penelitian. Observasi Observasi Observasi Analisis terhadap hasil observasi Lembar pengamatan Lembar pengamatan Lembar pengamatan Catatan lapangan E. Teknik Analisis Data Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiata pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: 1. Untuk menilai ulangan atu tes formatif Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan: Dengan : = Nilai rata-rata Σ X = Jumlah semua nilai siswa Σ N = Jumlah siswa 2. Untuk ketuntasan belajar Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut: ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Data Hasil Penelitian Analisis data hasil penelitian meliputi: 1. Analisis, refleksi, dan tindak lanjut terhadap data hasil orientasi dan identifikasi masalah serta studi pendahuluan. 2. Analisis, refleksi, dan tindak lanjut terhadap data perencanaan tindakan penelitian. 3. Analisis, refleksi, dan tindak lanjut terhadap data hasil pelaksanaan pada setiap siklus tindakan pembelajaran. B. Pembahasan terhadap hasil dan temuan penelitian tindakan pada setiap siklus pembelajaran dan hasil evaluasi keseluruhan tindakan upaya perbaikan pembelajaran. C. Kesimpulan dan rekomendasi

Rabu, 26 September 2012

Pembentuk Muka Bumi

Tenaga Endogen Tengaga Endogaen juga bisa disebut juga tenaga tektonik. Tenaga Endogen adalah tenaga yangberasala dari dalam bumi. Tenaga Endogen terdiri dari proses diatropisme dan proses vulkanisme. Tenaga Endogen sering menekan di sekitar lapisan-lapisan batuan pembentuk kulit bumi (litosfer) Proses Diastropisme Proses Diastropisme adalah proses strutual yang mengakibatkan terjadinya lipatan dan patahan tanpa dipengaruhi magma tapi tenaga dari dalam bumi. Proses lipatan Kalau tenaga endogen yang menekan litosfer arahnya mendatar dan bertumpukan yang mengakibatkan permukaan bum melipat menybabkan terbentuknya puncak dan lembah.Bentuk permukaan bumi dari hasil proses ini ada dua, yaitu : puncak lipatan (antiklin) lembah lipatan (sinklin) Proses Patahan Proses datropisme juga dapat menyababkan truktur lapisan-lapian batuan retak-retak dan patah. Lapiasan batuan yang mengalami proses patahan ada yang mengalami pemerosotan yang membentuk lemdh patahan dan ada yang terangkat membentuk puck patahan. Lembah patahan disebut slenk atau graben sedangkan puncak patahan dinamakan horst. Vulkanisme Tenaga tektonik dapat mengakibatkan gejala vulaknisme. Gejala vulkanisme berhubungan dengan aktivtas keluarnya magma di gunungapi. Proses keluarnya magma ke permukaan bumi disebut erupsi gunungapi. Proses vulkanisme terjadi karena adanya magma yang keluar dari zona tumbukan antarlampang. Beberapa gunugapi ditemukan berada di tengah lempeng yang disebsbkan oleh tersumbatnya panas di kerak bumi gejala ini disebut titik panas (hotspot).Para ilmuan menduga aliaran magma mendesak keluar membakar kerak bumi dan melutus di permukaan. Istilah-Istilah vulkanisme : 1. Vulkanologi : ilmu kebumian yang memplajari gunungapi 2. Magma : bahan silikat cair pijar yang terdiri atas bahan padat,cair,dan gas yang terdapat di lapisan litosfer bumi. Suhu normal magma bersikar 900 C-1200 C. 3. Erupsi : proses keluarnya magma dari lapisan litosfer sampai ke permukan bumi. Erupsi sebuah gunungapi dapdt berupa lelehan (efusif) melalui retakan pada lapisan-lapisan batu. Dan ledakan sumburan (ekaplosif) melalui kepundan atau corong gunung api. 4. Intrusi magma : proses penerobosan magma melalui retakan-retakan lapisan batuan, tetapi tidak sampai ke permukaan bumi. Apabila intrusi magma membeku maka akan terbentuk batuan intrusiva. 5. Lava : magama yang keluar sampai ke permukaan bumi. 6. Lahar : lava yang telah bercampur dengan bahan-bahan di permukaan bumu. 7. Eflata / bahan piroklastik : bahan-bahan yang lepas dari gunungapi ketika terjadi letusan eksplosif. 8. Kawah : lubang pada tubuh gunungapi sebagai tempat keluarnya magma. Kawah yang cukup besar disebut kaldera. Bila kaldera terisi air yang cukup banyak mak akan terbentuk danau kawah atau danau vulkanik. Kawah dan kaldera yang di Indonesia, antara lain Kawah Takubanperahu (Jawa Barat), Kawah Gunung Tengger (Jawa Tengah), dan Kaldera Gunung Batur (Bali). Bentuk-Bentuk Gunungapi Berdasarkan bentuk letusanya, gunung api dapat dibedakan menjadi tiga bentuk yang berbeda yaitu : 1. Gunungapi Prisai : Gunungapi perisai berbentuk seperti perisai (shields) terbentuk oleh letusan yang sangat cair (efusief), yaitu berupa lelehan lava yang sangat luas dan landai. Ciri gunungapi perisai adalah lerengnya sangat landai bahkan hampir datar, Contohnya, Gunung Mauna Loa dan Gunung Mauna Kea di Hawai. 2. Gunungapi Maar :Gunungapi maar terbentuk dari letusan berupa ledakan (eksplosif) yang dahsyat yang terjadi sekali, dengan mengeluarkan bahan-bahan berupa eflata. Gunung maar biasanya punya dapur magma yang dangkal dan magma yang terdiri dari bahan-bahan padat dan gas yang padat. Contoh gunung maar adalah : Gunung Lamongan (Jawa Timur), Gunung Pinakate (Meksiko), Gunung Monte Muovo (Italia), Gunungapi Starto (Kerucut) 3. Gunung api Starto : Gunung api starto terbentuk akibat letusan yang berulang-ulang dan berseling-seling antara bahan padat dan lelahan lava. Sebagian besar gunung di Indonesia adalah gunung starto seperti :Gunung Semeru, Gunung Merapi, Gunung Agung, Gunung Kerinci, Gejala Vulkanisme Gejala Vulakanik ada dua yaitu : * Pravulkanik Pravulkanik adalah tanda-tanda atau gejala di suatu daerah akan terjadi letusan gunungapi. Tanda-tanda akan terjadinya letusan gunungapi adalah : 1. Kenaikan suhu udara di sekitar gunungapi drastis (dari suhu rendah tiba-tiba naik jadi panas) 2. Banyak tumbuhan kering dan hewan turun dari gunung. 3. Meningkatnya bau belerang yang menyengat 4. Pascavulkanik (postvulcanic) 5. Pascavulkanik adalah gejala dimana gunungapi menampakan aktifitas atau sedang dalam fase istirahat. Gejalanya antara lain : 6. Ditemukannya mata air panas, yang bisa dijadikan obat kulit, seperti mata air di Banten (Jawa Tangah) dan di Ciatar (Jawa Barat) 7. Ditmuaknya gas gunungapi berupa : 8. Uap air (fumarola) 9. Gas belerang (sulfatar) 10. Gas karbondioksida (mofet) 11. adanya semburan air panas (geyser) yang keluar darirekahan batuan seperti di Cisolok Sukabumi (Jawa Barat) Tenaga Eksogen Proses eksogenmerupakan tenaga dari luar. Pelapukan Pelpukan merupakan tenaga perombak (pengkikisan) oleh media penghancur. Proses pelapukan dapat dikatakan sebagai proses penghancuran massa batuan melalui media penghancuran, berupa: 1. Sinar matahari 2. Air 3. Gletser 4. reaksi kimiawi 5. kegiatan makhluk hidup (organisme) Peroses pelapukan terbagi jadi tiga, yaitu : Pelapukan Mekanik Pelapukan mekanik (fisik) adalah proses pengkikisan dan penghancuran bongkahan batu jadi bongkahan yang lebih kecil,tetapi tidak mengubah unsur kimianya. Proses ini disebabkan oleh sinar matahari, perubahan suhu tiba-tiba, dan pembekuan air pada celha batu Pelapukan Kimiawi Pelapukan adalah penghcuran dan pengkikisan batuan dengan mengubah susunan kimiaai batu yang terlapukkan. Jenis pelapukan kimiawi terdiridari dua macam, yaitu proses oksidasi dan proses hidrolisis. Pelapukan Organik Pelapukan organik dihasilkan oleh aktifitas makhluk hidup, seperti pelapukan oleh akar tanaman (lumut dan paku-pakuan) dan aktivitas haewn (cacing tanah dan serangga). Erosi Erosi seperti pelapukan adalah tenaga perombak (pengkikisan). Tapi yang membedakan erosi dengan pelapukan adalah erosi adalah pengkikisan oleh media yang bergerak, seperti air sungai, angin, gelombang laut, atau gletser. Erosi dibedakan oleh jenis tenaga perombaknya yaitu :Erosi air, Erosi angin (deflasi), Erosi gelombang laut (abarasi / erosi marin ), Erosi gletser (glasial)' * Tahapan dalam Erosi Air Proses pengkikisan oleh air yang mengalir terjadi dalam empat tingkatan yang berbeda sesuai dengan kerusakan tanah atau batuan yang terkena erosi, sebbagai berikut. 1. Erosi percik, yaitu proses pengkikisan oleh percikan air hujan yang jatuh ke bumi. 2. Erosi lembar, yaitu proses pengkikisan lapisan tanah paling atas sehingga kesuburannya berkurang. Pengkikisan lembar ditandai oleh : 1. warna air yang mengalir berwarna coklat 2. warna air yang terkikis menjadi lebih pucat 3. kesuburan tanah berkurang 3. Erosi alur, adalah lanjutan dari erosi lembar. Ciri khas erosi alur adalah adanya alur-alur pada tanah sebsgai tempat mengalirnya air 4. 'Erosi 'parit, adalah terbentuknya parit-parit atau lembah akibat pengkikisan aliran air. Bila erosi parit terus berlanjut, maka luas lahan kritis dapat meluas, dan pada tingkat ini tanah sudah rusak. * Bentuk Permukaan Bumi Akibat Erosi Pengkikisan oleh air dapat mengakibatkan : 1. tebing sungai semakin dalam 2. lembah semakin curam 3. pembentukan gua 4. memperbesar badan sungai Erosi angin biasanya terjadi di gurun. Bentuk permukaan bumi yang terbentuk antara lain : 1. Batu jamur 2. Ngarai Abrasi biasanya terjadi di pantai, membentuk : 1. Dinding pantai yang curam 2. relung ( lekukan pada dinding tebing) 3. gua pantai 4. batu layar

Pengertian Metode Demonstrasi

1. Pengertian metode Metode berasal dari bahasa latin “ methodos “ yang berarti jalan yang harus dilalui. Menurut Nana Sudjana ( 2002 : 260 ) “ Metode adalah cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pelajaran, oleh karena itu peranan metode pengajaran sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar “. Sedangkan menurut Sukartiaso ( dalam Moedjiono dan Dimyati 1995 :45 ) “ Metode adalah cara untuk melakukan sesuatu atau cara untuk mencapai suatu tujuan ”. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Dalam kegiatan pembelajaran, metode sangat diperlukan oleh guru untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. 2. Pengertian Metode Demonstrasi Kegiatan belajar mengajar akan lebih bersemangat apabila seorang guru dapat menggunakan metode yang menarik dan bervariasi dalam mengajar.Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan “ ( Mulyani Sumantri, dalam Roetiyah 2001 : 82 ). Pendapat lain menyatakan bahwa metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang instruktur atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses ( Roestiyah N. K 2001 : 83 ). Menurut Udin S. Wianat Putra, dkk ( 2004 : 424 ) “ Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan sesuatu untuk memperunjukkan proses tertentu “. Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah ( 2000 : 54 ) : “Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran “. Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode demonstrasi menurut penulis adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan secara langsung proses terjadinya sesuatu yang disertai dengan penjelasan lisan. 3. Keunggulan Metode Demonstrasi Menurut Elizar ( 1996 : 45 ), keunggulan dari metode demonstrasi adalah kemungkinan siswa mendapat kesalahan lebih kecil, sebab siswa mendapatkan langsung dari hasil pengamatan kemudian siswa memperoleh pengalaman langsung, siswa dapat memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang dianggap penting, bila melihat hal-hal yang membuat keraguan, siswa dapat bertanya langsung pada guru. Sedangkan menurut M. Basyiruddin Usman ( 2002 : 46 ) menyatakan bahwa keunggulan dari metode demonstrasi adalah perhatian siswa akan dapat terpusat sepenuhnya pada pokok bahasan yang akan didemonstrasikan, memberikan pengalaman praktis yang dapat membentuk ingatan yang kuat dan keterampilan dalam berbuat, menghindarkan kesalahan siswa dalam mengambil suatu kesimpulan, karena siswa mengamati secara langsung jalannya demonstrasi yang dilakukan. Adapun menurut Syaiful Bahri Djamarah ( 2000 : 56 ) menyatakan bahwa keunggulan metode demonstrasi adalah membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu kegiatan pembelajaran, memudahkan berbagai jenis penjelasan, kesalahan- kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret dengan menghadirkan objek sebenarnya. Dari ketiga pendapat di atas dapat penulis ambil kesimpulan bahwa keunggulan metode demonstrasi adalah siswa dapat memusatkan perhatiannya pada pokok bahasan yang akan didemonstrasikan, siswa memperoleh pengalaman yang dapat membentuk ingatan yang kuat, siswa terhindar dari kesalahan dalam mengambil suatu kesimpulan, pertanyaan-pertanyaan yang timbul dapat dijawab sendiri oleh siswa pada saat dilaksanakannya demonstrasi, apabila terjadi keraguan siswa dapat menanyakan secara langsung kepada guru, kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki karena siswa langsung diberikan contoh konkretnya. 4. Kelemahan metode Demonstrasi Walaupun memiliki beberapa kelebihan, namun metode demonstrasi ini juga memiliki beberapa kelemahan-kelemahan. Menurut Syaiful Bahri Djamarah ( 2000 : 57 ), ada beberapa kelemahan metode demonstrasi yaitu anak didik terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan, tidak semua benda dapat didemonstrasikan, sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan. Dari pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa kelemahan metode demonstrasi adalah tidak semua benda dan materi pembelajaran yang bisa didemonstrasikan dan metode ini tidak efektif bila tidak ditunjang oleh keterampilan guru secara khusus . Meskipun metode ini memiliki banyak kelemahan-kelemahan, penulis melihat metode ini sangat bagus sekali apabila diterapkan dalam pembelajaran bernyanyi, karena siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan guru mengenai cara bernyanyi, tetapi siswa juga dapat langsung mempraktekkan kegiatan bernyanyi yang dipelajari. Hal ini akan menghilangkan kejenuhan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Agar pelaksanaan metode demonstrasi berjalan baik, alangkah baiknya guru memperhatikan hal-hal berikut : rumuskan tujuan instruksional yang dapat dicapai oleh siswa, susun langkah-langkah yang akan dilakukan dengan demonstrasi secara teratur sesuai dengan skenario yang direncanakan, persiapkan peralatan atau bahan yang dibutuhkan sebelum demonstrasi dimulai dan atur sesuai skenario yang direncanakan, teliti terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan agar demonstrasi berhasil dilakukan, perhitungkan waktu yang dibutuhkan sehingga kita dapat memberikan keterangan dari siswa bisa mengajukan pertanyaan apabila ada keraguan. Selama demonstrasi berlangsung hendaknya guru memperhatikan hal-hal sebagai berikut : apakah demonstrasi dapat diikuti oleh setiap siswa, apakah demonstrasi yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah dilakukan, apakah keterangan yang diberikan dapat didengarkan dan dipahami oleh siswa, apakah siswa telah diberikan petunjuk mengenai hal-hal yang perlu dicatat, apakah waktu yang tersedia dapat digunakan secara efektif dan efisien 5. Langkah-langkah metode Demontrasi Untuk melaksanakan metode demonstrasi yang baik atau efektif, ada beberapa langkah yang harus dipahami dan digunakan oleh guru, yang terdiri dari perencanaan, uji coba dan pelaksanaan oleh guru lalu diikuti oleh murid dan diakhiri dengan adanya evaluasi(J.J Hasibuan dan Mujiono,1993:31). Adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan dengan jelas kecakapan dan atau keterampilan apa yang diharapkan dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi itu dilakukan. 2. Mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah metode itu wajar dipergunakan, dan apakah ia merupakan metode yang paling efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan. 3. Alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa didapat dengan mudah, dan sudah dicoba terlebih dahulu supaya waktu diadakan demonstrasi tidak gagal. 4. Jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan jelas. 5. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan, sebaiknya sebelum demonstrasi dilakukan, sudah dicoba terlebih dahulu supaya tidak gagal pada waktunya. 6. Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, apakah tersedia waktu untuk memberi kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan komentar selama dan sesudah demonstrasi. 7. Selama demonstrasi berlangsung, hal-hal yang harus diperhatikan: a) Keterangan-keterangan dapat didengar dengan jelas oleh siswa. b) Alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap siswa dapat melihat dengan jelas. c) Telah disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan seperlunya. 8. Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa. Sering perlu diadakan diskusi sesudah demonstrasi berlangsung atau siswa mencoba melakukan demonstrasi. Setelah perencanaan-perencanaan telah tersusun sebaiknya diadakan uji coba terlebih dahulu agar penerapannya dapat dilaksanakan dengan efektif dan tercapai tujuan belajar mengajar yang telah ditentukan dengan mengadakan uji coba dapat diketahui kekurangan dan kesalahan praktek secara lebih dini dan dapat peluang untuk memperbaiki dan menyempurnakannya. Langkah selanjutnya dari metode ini adalah realisasinya yaitu saat guru memperagakan atau mempertunjukkan suatu proses atau cara melakukan sesuatu sesuai materi yang diajarkan. Kemudian siswa disuruh untuk mengikuti atau mempertunjukkan kembali apa yang telah dilakukan guru. Dengan demikian unsur-unsur manusiawi siswa dapat dilibatkan baik emosi, intelegensi, tingkah laku serta indera mereka, pengalaman langsung itu memperjelas pengertian yang ditangkapnya dan memperkuat daya ingatnya mengetahui apa yang dipelajarinya. Untuk mengetahui sejauhmana hasil yang dicapai dari penggunaan metode demonstrasi tersebut diadakan evaluasi dengan cara menyuruh murid mendemonstrasikan apa yang telah didemonstrasikan atau dipraktekkan guru. Pada hakikatnya, semua metode itu baik. Tidak ada yang paling baik dan paling efektif, karena hal itu tergantung kepada penempatan dan penggunaan metode terhadap materi yang sedang dibahas. Yang paling penting, guru mengetahui kelebihan dan kekurangan metode-metode tersebut. Metode demonstrasi ini tepat digunakan apabila bertujuan untuk: Memberikan keterampilan tertentu, memudahkan berbagai jenis penjelasan sebab penggunaan bahasa lebih terbatas, menghindari verbalisme, membantu anak dalam memahami dengan jelas jalannya suatu proses dengan penuh perhatian sebab lebih menarik . (Zuhairini,1983:94:95)

Zaman Prasejarah Berdasarkan Arkeologi

Pembabakan zaman prasejarah berdasarkan arkeologi 
Pembabakan zaman prasejarah berdasarkan arkeologi – yuk sambung artikel sebelumnya.Kalau tadi pembabakan zaman prasejarah berdasarkan geologi sekarang gantian pembagian zaman prasejarah berdasarkan arkeologi. 

Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan massa lampau melalui benda – benda artefak. Pembabakan masa prasejarah berdasarkan ilmu arkeologi ini bertujuan untuk mengetahui usia manusia purba berdasarkan peninggalan benda- benda purbakala.berikut adalah pembagian zaman prasejarah berdasarkan arkeologi : pembabakan zaman prasejarah berdasarkan arkeologi – 
Pembagian 5 zaman 
1. Zaman Paleolitikum pembabakan zaman prasejarah berdasarkan arkeologi - Zaman paleolotikum berarti zaman batu tua.Zaman ini ditandai dengan penggunaan perkakas yang bentuknya sangat sederhana dan primitif.Ciri – ciri kehidupan manusia pada zaman ini yaitu hidup berkelompok ( tinggal disekitar aliran sungai,gua atau di atas pohon ) dan mengandalkan makanan dari alam dengan cara mengumpulkan ( food gathering ) serta berburu.Oleh karena itu,manusia purba selalu berpindah – pindah dari satu tempat ke tempat yang lain ( nomaden ).Jenis manusia purba Indonesia yang hidup pada zaman ini antara lain Pithecanthropus erectus,pithecantropus robustus dan Meganthropus palaeojavanicus.Selanjutnya hidup berbagai jenis homo ( manusia ) diantaranya Homo soloensis dan Homo wajakensis. 
2. Zaman Mesolitikum pembabakan zaman prasejarah berdasarkan arkeologi - Zaman mesolitikum disebut juga zaman batu madya / tengah.Zaman ini disebut pula zaman mengumpulkan makanan ( food gathering ) tingkat lanjut,Yang dimulai pada akhir zaman es,sekitar 10.000 tahun yang lalu.Para ahli memperkirakan manusia yang hidup pada zaman ini adalah bangsa melanesoid yang menyerupai nenek moyang orang Papua,Sakai,Aeta,dan Aborigin.Seperti halnya zaman palaeolitikum,zaman mesolitikum mendapat makanan dengan cara berburu dan menangkap ikan.Mereka tinggal di gua – gua di bawah bukit karang ( abris soucheroche ) ,tepi pantai dan ceruk pegungungan.Gua abris souche roche menyerupai ceruk untuk dapat melindungi diri dari panas dan hujan.Hasil peninggalan manusia pada masa itu adalah menyerupai alat – alat kesenian yang ditemukan di gua – gua dan coretan pada dinding gua seperti di gua leang – leang,sulawesi selatan,yang ditemukan oleh Ny.Heeren Palm pada 1950.Van Stein Callenfels menemukan alat 0 alat tajam berupa mata panah,flakes,serta batu penggiling di Gua Lawa dekat Sampung Ponorogo dan Madiun.Pada masa ini ditemukan juga kjokken moddinger yaitu dapur kulit kerang dan siput setinggi 7 meter di sepanjang pantai timur Sumatra.Peralatan yang ditemukan di tempat itu adalah kapak genggam Sumatra,Pabble culture dan alat berburu dari tulang hewan. 
3. Zaman Neolitikum pembabakan zaman prasejarah berdasarkan arkeologi - Zaman neolitikum berarti zaman batu muda.Di indonesia,zaman Neolitikum dimulai sekitar 1.500 SM.Cara hidup untuk memenuthi kebutuhan hidupnya mengalami perubahan pesat dari cara food gathering menjadi food producting yaitu dengan cara bercocok tanam dan memelihara ternak.Pada masa itu manusia sudah mulai menetap di rumah panggung untuk menghindari bahaya binatang buas.Pada masa Neolitikum,manusia purba telah membuat lumbung – lumbung guna menyimpan padi dan gabah.Tradisi seperti ini masih ditemukan di daerah badui di banten.manusia purba telah mengenal 2 jenis peralatan yakni beliung persegi dan kapak lonjong.beliung persegi menyebar di Indonesia bagian barat diperkirakan budaya ini disebarkan dari yunani di Cina Selatan yang berimigrasi ke Laos dan selanjutnya ke Indonesia.Kapak lonjong tersebar di Indonesia bagian timur yang didatangkan dari Jepang kemudian menyebar ke Taiwan,Filipina,sulawesi utara,maluku,irian,dan kepulauan Melanesia 
4. Zaman Megalitikum pembabakan zaman prasejarah berdasarkan arkeologi - Disebut zaman Megalitikum karena pada zaman ini ditemukan peralatan yang terbuat dari batu – batu besar.Pada zaman in,manusia sudah mengenal kepercayaan animisme dan dinamisme.Animisme merupakan kepercayaan terhadap roh nenek moyang yang mendiami benda – benda seperti pohon,batu,sungai gunung dan senjata tajamSementara itu,Dinamisme adalah bentuk kepercayaan bahwa segala sesuatu memiliki kekuatan atau tenaga gaib yang daoat mempengaruhi terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam kehidupan manusia.Diperkirakan manusia pada zaman megalitikum ini mengenal kepercayaan rohaniah,yaitu dengan cara memperlakukan orang yang meninggal dengan diperlakukan secara baik sebagai bentuk penghormatan.Adanya kepercayaan manusia terhadap kekuatan alam dan bentuk mahkluk halus dapat dilihat dari penemuan bangunan kepercayaan primitif.Peninggalan yang bersifat rohaniah ini ditemukan di Nias,Sumba,Flores,Sumatra selatan,Sulawesi Tenggara dan Kalimantan dalam bentuk menhir,dolmen,sarkofagus,kuburan batu,punden berundak – undak serta arca.Menhir adalah tugu batu sebagai tempat pemujaan,dolmen adalah meja untuk menaruh sesaji,sarkofagus adalah bangunan berbentuk lesung yang serupa peti mati,kuburan batu adalah lempeng batu yang disusun untuk mengubur mayat,Punden berundak adalah bangunan bertingkat sebagai tempat pemujaan sedangkan arca adalah perwujudan dari subjek pemujaan yang menyerupai manusia atau hewan 
5. Zaman Perunggu pembabakan zaman prasejarah berdasarkan arkeologi - Dimulainya zaman perunggu,bukan berarti zaman batu juga telah berakhir.Zaman perunggu hanyalah untuk menyatakan jika manusia lebih banyak menggunakan alat – alat dari perunggu.Kebudayaaan zaman perunggu merupakan hasil asimilasi dari antara masyarakat asli Indonesia ( proto melayu ) dengan bangsa mongoloid sehingga membentuk ras deutro melayu ( melayu muda ).Disebut zaman perunggu karena pada masa ini manusianya telah memiliki kepandaian dalam melebur perunggu.Di kawasan asia tenggara penggunaan logam dimulai tahun 3000-2000 SM.Masa menggunakan logam di kehidupan manusia purba Indonesia disebut masa perundagian.Alat besi yang banyak ditemukan di Indonesia berupa alat keperluan sehari – hari seperti pisau,sabit,mata kapak,pedang,dan mata tombak.Pembuatan alat besi memerlukan tehnik khusus yang mungkin hanya dimiliki oleh sebagian anggota masyarakat.Yakni golongan undagi.Di luar Indonesia,berdasar dari bukti arkeologis,sebelum manusia menggunakan logam besi,mereka telah mengenal logam tembaga dan perunggu terlebih dahulu.Mengolah bijih menjadi logam lebih mudah untuk temgbaga daripada besi.Tehnik peleburan besi ini berasal dari budaya Dongson di Tonkin ( vietnam ).Kapak – kapak perunggu yang dibuat di Indonesia terdiri dari berbagai bentuk dan ukuran.Salah satu bentuk yang menarik adalah kapak candrasa yangditemukan di Jawa dan Kapak – Kapak upacara lain yang ditemukan di bali dan Roti.Candrasa dari pulau roti dibuat dari perunggu berukuran 78 x 41,5 cm.Pada mata kapak ini terdapat hiasan kepala manusia atau topeng dengan kedua telapak tangan terbuka disamping pipinya,dipadu dengan hiasan pola garis – garis.Alat yang terkenal pada zaman ini adalah nekara yang digunakan sebagai genderang perang dan keperluan upacara keagamaan.

Perilaku Organisasi

1. a. Mission Oriented adalah menjalankan organisasi yang berorientasi sesuai dengan misi organisasi yaitu pencapaian tujuan organisasi dengan tetap memperhatikan kebutuhan dan kepentingan anggota organisasi, serta menjaga dan menjalin manfaat yang sebesar-besarnya bagi lingkungan, masyarakat dan pemerintah. b. Clean and Democratic adalah menjalankan organisasi secara bersih dan demokratis, yang berorientasi pada hati nurani dan terbuka namun intelek dan tegas yang akan membawa suasana yang tenang dan produktif dimana anggota tidak diliputi rasa was-was akan masa depannya dan dihargai keberadaannya. c. Global Oriented adalah menjalankan orientasi secara global (menyeluruh) dengan memiliki wawasan yang mendunia, menguasai teknologi, dan mampu membaca peluang dan tantangan di masa depan. d. Flexible and Proactive adalah menjalankan organisasi secara proaktif dan fleksibel yaitu memiliki keluwesan namun bertanggung jawab dan tegas serta selalu bergerak ke arah kemajuan dengan membina akerjasama yang baik ke semua level organisasi. 2. a. Tantangan yang dihadapi dalam mengembangkan sebuah organisasi adalah : 1. SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkaitan dengan usia (umur) manusia dalam wewenang dan tanggung jawab dipercayakan. 2. Restruktur Organisasi yang meliputi : - pengembangan masalah biaya/cost, sarana prasarana dan system/kultur (pembagian tugas); - perampingan tenaga yang professional (The Right Man in The Right Place), pesangon/cost, manajemen waktu dan persyaratan yang lebih efektif 3. Budaya/kultur yang meliputi kebiasaan (waktu0, kekuatan, dan keturunan. b. Solusi untuk menyelesaikan tantangan tersebut yaitu dengan jalan : 1. merencanakan kebutuhan tenaga/SDM, harus benar-benar dapat dihandalkan dan fleksibel 2. mempertimbangkan tingkat dieferensiasi yang ada dalam organisasi dengan pembagian kerja, jumlah tingkatan hirarki, penyebaran wilayah geografis, menjalankan peraturan dan prosedur untuk mengatur perilaku para anggota, 3. mempertimbangkan dimana letak pusat pengambilan keputusan (sentralisasi – desentralisasi) dalam rangka memperbaiki produktivitas oragnisasi dan memperbaiki kualitas produk dan jasa yang ditawarkan. 4. Memprediksi peluang masa depan yang benar-benar tajam, terpercaya, dapat mengatasi perubahan secara cepat dan inovatif. 4. Contoh keterkaitan TQM dan OB! TQM (Total Quality Management) merupakan suatu filsafat manajemen yang didorong oleh pencapaian kepuasan pelanggan secara konstan lewat perbaikan sinambung dari semua proses organisasional mempunyai implikasi untuk OB (Organizational Behavior) yang merupakan suatu bidang keahlian untuk memperbaiki keefektifan organisasi seperti mempertimbangkan kembali bagaimana kerja akan dilakukan dan organisasi di struktur kerja yang diciptakan dari nol untuk perbaikan kualitas dan produktivitas. Seperti pada sebuah pabrik garmen busana muslim wanita yang dengan tujuan utama adalah menutup rapat aurat wanita, maka agar tidak kehilangan kesan mewah dan anggun, manajer mempertimbangkan untuk menambah kancing-kancing warna emas atau border dengan benang-benang emas, dilengkapi pula dengan stelan sepatu/sandal dan tas yang sepadan, sehingga konsumen tidak perlu repot mencari padan yang serasi. 5. Model kepemimpinan abad 21 : Pemimpin abad 21 adalah pemimpin yang : - mempunyai kondisi fisik yang kuat dan sehat untuk menjalankan organisasi (digambarkan sebagai tubuh seekor burung besar yang kuat dan berfungsi sebagai kekuatan dalam menjalankan misinya) - berpandangan luas dan lurus dengan visi, misi dan strategi yang baik serta mempunyai leadhership yang bagus membawa kea rah masa depan (digambarkan sebagai kepala seekor burung besar yang berpandangan jauh ke depan) - mempunyai sifat amanah dan dapat dipercaya, menguasai manajemen, dan menguasai organisasi serta selalu mengikuti perkembangan tehnologi dan dapat dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan YME (digambarkan sebagai sayap sebelah kiri seekor burung besar yang berfungsi sebagai keseimbangan dalam menjalankan misinya) - mempunyai pengetahuan yang luas (berilmu), mempunyai keahlian (skill), kapabilitas serta kreativitas dan inovatif (digambarkan sebagai sayap sebelah kanan seekor burung besar yang berfungsi sebagai keseimbangan dalam menjalankan misinya) - dilandasi dengan iman dan taqwa yang kuat kepada Tuhan Yang Maha esa (Godly Character) sebagai pengendali segala kegiatan organisasi (digambarkan sebagai ekor seekor burung besar yang berfungsi sebagai pengendali dalam terbang/menjalankan misinya)

Pembelajaran Metode Demonstrasi

1. Pengertian metode demonstrasi `Dalam proses belajar mengajar di sekolah khususnya dan lembaga-lembaga pendidikan umumnya terdapat banyak sekali metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran baik pelajaran matematika maupun pelajaran lainnya, sehinggatujuan pembelajaran yang ditetapkan dapat tercapai. Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri. Metode demonstrasi sejenis dengan metode ceramah dan metode ekspositori. Kegiatan belajar mengajar berpusat pada guru atau guru mendominasi kegiatan belajar mengajar. Tetapi pada metode demonstrasi aktivitas siswa lebih banyak lagi dilibatkan. Dengan demikian, dominasi guru lebih berkurang lagi. Pendapat Para Ahli tentang Metode DemonstrasiMulyani Sumantri dan Johar Permana (2001:133) Metode demonstrasi diartikan sebagai cara penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukan kepada peserta didik seatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun bentuk tiruan.Soekarno, dkk (1981:43) Metode demonstrasi dipergunakan untuk mengembangkan suatu pengertian, mengemukakan masalah, penggunaan prinsip, pengujian kebenaran secara teoritis dan memperkuat suatu pengertian. Tujuan Mengunakan Metode Demonstrasi: Mengajarkan proses atau prosedur, Mengkongkritkan informasi, Pengembangan kemampuan melihat melalaui pengamatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan guru sebelum dan pada waktu mengadakan demonstrasi: Demonstrasi itu dicoba terlebih dahulu. Tujuan demonstrasi ditentukan terlebih dahulu. Usahakan demonstrasi dapat dilihat oleh peserta didik. Alat yang digunakan sederhana. Demonstrasi dilaksanakan berdasarkan tujuan. Langkah-langkah pembelajaran dengan metode demonstrasi:PerencanaanPelaksanaannya Ciri khas metode demonstrasi tampak dari adanya penonjolan mengenai suatu kemampuan, misalnya kempuan guru membuktikan teorema, menurunkan rumus, atau memecahkan soal cerita. Sedangkan yang berhubungan dengan penggunaan alat, misalnya pemakaian sepasang segitiga untuk menggambarkan dua garis sejajar atau saling tegak lurus, jangka, dan segitiga untuk membuat lukisan-lukisan geometri, penggunaan daftar, mistar hitung atau kalkulator untuk melakukan perhitungan. 2. Langkah-langkah Menggunakan Metode Demonstrasi a. Tahap Persiapan Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan. 1. Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir. 2. Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan. 3. Lakukan uji coba demonstrasi. b. Tahap Pelaksanaan Langkah pembukaan. Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya. 1. Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan. 2. Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa. 3. Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi. Langkah pelaksanaan demonstrasi 1. Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaanpertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi. 2. Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan. 3. Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa. 4. Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu. Langkah mengakhiri demonstrasi Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Dan juga dapat diakhiri dengan kegiatan diskusi. Dalam diskusi ini dapat diberikan atau diminta komentar, kritik, saran, atau penjelasan yang berhubungan dengan demonstrasi yang dilakukan. Diskusi ini penting, terutama jika demonstrasi dilakukan oleh siswa. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya 3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki beberapa kelebihan, diantaranya: 1. Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan. 2. Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi. 3. Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran. Di samping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan, di antarannya: 1. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapatmemakan waktu yang banyak. 2. Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah. 3. Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Di samping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.

Metode Demonstrasi

METODE DEMONSTRASI Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri. A. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki beberapa kelebihan, di antaranya: 1. Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan. 2. Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi. 3. Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran. Di samping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan, di antarannya: 1. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang banyak. 2. Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah. 3. Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Di samping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa. B. Langkah-langkah Menggunakan Metode Demonstrasi a. Tahap Persiapan Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan: 1. Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir. 2. Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan. 3. Lakukan uji coba demonstrasi. b. Tahap Pelaksanaan 1. Langkah pembukaan.Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, di antaranya: a).Aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan. b) Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa. c)Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi. 2. Langkah pelaksanaan demonstrasi. a) Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaanpertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi. b) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan. c) Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa. d) Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu. 3. Langkah mengakhiri demonstrasi. Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

MULTIKULTURALISME Multikulturalisme merupakan suatu risiko yang perlu diambil didalam membina masyarakat bangsa Indonesia. Keputusan-keputusan yang rasional dan demokratis membangun nasionalisme baru dari masyarakat baru Indonesia, serta kesatuan tekad untuk membangun suatu dunia yang bebas dari kemiskinan serta pengakuan terhadap hak asasi semua manusia Indonesia. Kemajuan pendidikan suatu bangsa juga merupakan dasar dari perkembangan demokrasi. Sehingga terjadi pencerahan kehidupan suatu bangsa dan dengan demikian bangsa itu melihat dunia yang lebih luas dan mulai menyadari akan hak-haknya sebagai manusia. Pendidikan multikultural di Indonesia memerlukan pedagogik baru, dan pendidikan multikultural bertujuan untuk mewujudkan visi Indonesia masa depan serta etika berbangsa. Indonesia negara multikultural terbesar di dunia, persoalan sekarang yang dihadapi bangsa ini adalah korupsi, kolusi, nepotisme, premanisme, perseteruan politik, kemiskinan, kekerasan, separatisme, perusakan lingkungan dan hilangnya rasa kemanusiaan untuk selalu menghormati hak-hak orang lain. Strategi dan konsep pendidikan bertujuan agar peserta didik memahami dan ahli dalam disiplin ilmu yang dipelajari, caranya agar siswa mempunyai sekaligus dapat mempraktekkan nilai-nilai pluralisme, demokrasi, humanisme dan keadilan terkait perbedaan kultural yang ada disekitar mereka, maka mereka perlu diberikan pendidikan multikultural. Agar tujuan pendidikan multikultural dapat tercapai, maka diperlukan peran serta para pengambil kebijakan pendidikan lainnya. Guru atau dosen, perlu memahami konsep dan strategi pendidikan multikultural agar nilai-nilai utama yang terkandung dalam konsep dan strategi pendidikan tersebut seperti pluralisme, demokrasi (humanism dan keadilan) dapat diajarkan dan sekaligus dipraktekkan dihadapan para siswa. Guru atau dosen bertanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai kemanusiaan, demokrasi, keadilan dan pluralisme.disamping itu perlu dukungan dari sekolah atau kampus sebagai institusi pendidikan. Dukungan ini dapat diwujudkan dengan menerapkan konsep dan strategi pendidikan multikultural ke dalam tujuan pembelajaran, kurikulum, dan manajemen pendidikan yang diterapkan di sekolah. Sehingga lulusan tidak sekedar memahami dan menguasai keilmuan tertentu, tetapi juga dapat memprektekkan nilai-nilai kemanusiaan, demokrasi, keadilan dan pluralisme dapat dimaksimalkan. Dukungan lain yang sangat berarti bagi pengembangan pendidikan multikultural adalah dukungan dari para pengambil kebijakan baik tingkat pemerintah pusat, daerah, maupun ditingkatan institusi pendidikan sendiri, seperti sekolah, komite sekolah maupun kepala administrasi sekolah. Ini sangat penting meskipun di era otoda mempunyai hak untuk berinisiatif, membuat dan menerapkan kebijakan lokal masing-masing. Tetapi kerjasama dan persamaan persepsi, serta tujuan para pengambil kebijakan di daerah dan pusat dapat memaksimalkan pengembangan pendidikan multikultural. Dengan begitu diharapkan penerapan pendidikan multikultural dapat disuplementasikan secara maksimal dan efektif. Harapan dari semua ini adalah bahwa institusi pendidikan kita, dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi dapat menghasilkan lulusan sekolah atau universitas yang mempunyai kemampuan kognitif (pengetahuan), dan psikomotorik (ketrampilan), sikap (afektif) yang demokratis, humanis, pluralis dan adil.

Sinopsis Tesis





SINOPSIS 
ELFI TRIASTIKOWATIE, Program Pasca Sarjana Universitas Kanjuruan Malang, Pengaruh Kedisiplinan dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelejaran IPS Terpadu Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Tulungagung. Komisi Pembimbing, Pertama :. Prof. Dr. H. Bambang Swasto, ME. Kedua : Dr. Hadi Sriwiyana, MM 

 BAB I PENDAHULUAN 
Kedisiplinan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam proses pembelajaran di sekolah, karena dengan kedisiplinan akan mampu mengendalikan siswa untuk bersikap, berperilaku untuk dapat mematuhi tata tertib sekolah yang mencangkup jadwal kegiatan sekolah, hadir dan pulang tepat waktu, aktif mengikuti berbagai kegiatan di sekolah, mampu menjaga kebersihan lingkungan kelas dan sekolah serta mampu menciptakan suasana belajar dikelas, perpustakaan dan laboratorium secara tertib, tenang dan kondusif. Kondisi seperti ini akan dapat mendorong siswa untuk mengembangkan seluruh potensinya secara optimal di sekolah, sehingga prestasinya belajar siswa di sekolah semakin meningkat. Selain hal diatas masih tedapat faktor lain yang sangat berpengaruh terhadap prestasinya belajar mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII di SMP Negeri 5 kabupaten Tulungagung. Penelitian ini bertujuan untuk : 
(1) mengetahui pengaruh kedisiplinan terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII di SMP Negeri 5 kabupaten Tulungagung 
(2) mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII di SMP Negeri 5 kabupaten Tulungagung 
(3) mengetahui pengaruh secara bersama-sama kedisiplinan dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPS Terpadi siswa kelas VIII di SMP Negeri 5 kabupaten Tulungagung. Dalam penelitian yang penulis laksanakan dengan judul tersebut di atas dapat dimanfaatkan sebagai berikut : 
a. Sebagai bahan informasi bagi lembaga pendidikan khususnya SMP Negeri 5 Tulungagung, agar dapat melaksanakan penyesuaian kebijakan untuk meningkatkan prestasi belajar. 
b. Menambah referensi penelitian kami dalam menganalisa lembaga pendidikan formal khususnya berkaitan dengan masalah tersebut diatas untuk dikembangkan lebih lanjut c. Sebagai sumbangan pemikiran kepada pihak-pihak yang terkait dengan lembaga pendidikan SMP Negeri 5 Tulungagung. 

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 
Berdasarkan analisa diskusi kelompok peserta rapat kerja Kepala Sekolah negeri dan swasta se Jawa Timur di Batu Malang yang membahas tentang hubungan kedisiplinan siswa dengan peningkatan prestasi belajar di sekolah menyimpulkan bahwa : “Bila siswa tidak tertib dan tidak disiplin sulit diperoleh situasi yang kondusif untuk pelaksanaan pembelajaran dengan hasil yang optimal, jika siswa kurang disiplin dalam belajarnya, maka potensi yang dikerahkan untuk menyerap materi umumnya tidak dapat maksimal” Bertitik tolak dari hasil penelitian Sutomo (2001 : 57) tentang hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar bidang studi bahasa Indonesia siswa kelas V SDN kecamatan Sukosewu terbukti bahwa motivasi belajar mempunyai pengaruh dan ada hubungan yang signifikan terhadap prestasi belajar . Mas’udi (2003 : 62) tentang pengeruh kedisiplinan dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas II mata pelejaran IPS Sejarah di MTs Muhammadiyah kecamatan Brondong kabupaten Lamongan dengan menggunakan uji Anova didapat F hitung sebesar 26,027 dengan taraf signifikan 5% dengan probabilitas 0,000. Karena probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka terbukti bahwa motivasi belajar mempunyai pengaruh dan ada hubungan yang signifikan terhadap prestasi belajar bidang studi IPS sejarah siswa kelas II MTs Muhammadiyah Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas maka dapat penulis simpulkan bahwa motivasi belajar sangat berpengaruh dalam meningkatkan prestasi belajar di sekolah, tanpa motivasi belajar aktivitas belajar siswa akan menurun dan hal inilah yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa secara umum di lembaga pendidikan. Berdasarkan pendapat Bloom (Dalam Sudjana, 1992 : 32) bahwa: “Prestasi belajar siswa dapat dirujuk pada ranah kognitif, ranah efektif dan ranah psikomotorik”. Selanjutnya Bloom (Dalam Sudjana, 1992 : 32) mengemukakan bahwa : “Prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga domain, yaitu pengetahuan, sikap dan afektif, dalam kaitannya dengan prestasi belajar siswa di sekolah”. Mappa (1983 : 36) memberikan konsep lebih tegas lagi, yaitu : “Hasil belajar yang dicapai siswa dalam bidang study terentu dengan menggunakan tes standart sebagai alat pengukur keberhasilan belajar seorang siswa”. Bertolak dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar mempunyai peranan yang sangat ideal dalam pendidikan bahkan kualitas pendidikan dicerminkan antara lain oleh prestasi pelajaran siswa pada mata pelajaran yang telah di pelajari di sekolah.oleh karena itu prestasi belajar penekanannya pada hasil yang dicapai dari suatu kegiatan atau aktivitas.prestasi belajar sebagai suatu hasil pendukung yang diperoleh siswa setelah melewati proses pendidikan dalam jangka waktu tertentu.(misalnya,SD 6 tahun, SMP 3 tahun dan SMA 3 tahun). Sebagai kesimpulan dari prestasi belaja adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah ia melakukan proses pembelajaran baik dalam mata pelajaran tertentu maupun dalam suatu cakupan kurikulum sekolah dengan menggunakan tes standar ukur untuk mengetahui adanya perubahan dalam aspek kecakapan, tingkah laku dan ketrampilan yang dimiliki oleh siswa bersangkutan. Untuk menciptakan kondisi lingkungan yang tertib dan teratur, yang dapat membantu siswa untuk meningkatkan prestasi belajar di sekolah, maka perlu adanya usaha di masing-masing pihak yang berkompeten di bidang pendidikan unttuk meningkatkan kedisiplinan siswa baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah mulai berbagai kuwajiban aturan tata tertib sekolah. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah, selain perihal diatas siswa juga dituntut memiliki motivasi belajar sangat tinggi, tanpa motivasi belajar, siswa tidak akan mampu mengoptimalkan potensi yang dimilikinya, sehingga anak yang sebenarnya cerdas, memiliki kemampuan menjadi bodoh karena malas belajar. Berdasarkan hasil kaian teori dan studi penjajakan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : a. Ada pengaruh yang signifikan kedisiplinan terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII SMPN 5 Tulungagung. b. Ada pengaruh yang signifikan motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII SMPN 5 Tulungagung. c. Ada pengaruh yang signifikan secara bersama-sama kedisiplinan dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII SMPN 5 Tulungagung. 

 BAB III METODE PENELITIAN 
Penelitian ini menggunakan desain Expost Facto Research, karena peneliti tidak dapat menguji keputusannya dengan jalan menempatkan subjek dalam dua kondisi yang berbeda yang memungkinkan memanipulasi variabel bebas secara langsung.atau dapat dikatakan bahwa penelitian ini termasuk penelitian terapan, metode expost facto, tingkat eksplanasi asosiatif dengan hubungan variabel kausal serta jenis data kuantitatif yang dianalisa dengan regresi ganda menggunakan program SPSS. (Statistical Product and Service Solution versi 11.0) Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa kelas VIII pada SMPN 5 Tulungagung dengan jumlah 299 siswa terdiri dari : 1. Kelas VIII-A berjumlah 32 siswa 1. Kelas VIII-B berjumlah 32 siswa 2. Kelas VIII-C berjumlah 31 siswa 3. Kelas VIII-D berjumlah 34 siswa 4. Kelas VIII-E berjumlah 34 siswa 5. Kelas VIII-F berjumlah 34 siswa 6. Kelas VIII-G berjumlah 35 siswa 7. Kelas VIII-H berjumlah 33 siswa 8. Kelas VIII-I berjumlah 34 siswa Adapun cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik random sampling secara undian (Riyanto, 2001 :58) Prosedur pengambilan sampel menurut Rumus Slovin adalah sebagai berikut :
N .n = ----------------- 1 + N(d)2
Keterangan :
.n : Sampel
N : populasi
.d : Tingkat Prestisi
Sehingga dari jumlah populasi dalam penelitian ini 299 siswa akan didapatkan sampel penelitian yang berjumlah 75 siswa dengan perhitungan sebagai beriku : 299 299 .n = --------------------- = ----------- = 75 siswa 1 + 299(0,1)2 3,99 Agar setiap anggota populasi memperoleh hak yang sama untuk menjadi anggota sampel, maka prosedur pengambilan sampel dalam setiap kelas dilakukan dengan cara sebagai berikut : Jml populasi tiap kelas Jml sampel tiap kelas = ---------------------------------------- x Jml sampel Total Siswa (N) Adapun cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik random sampling secara undian (Riyanto, 2001 :58).Prosedur pengambilan sampel menurut Rumus Slovin, sehingga dari jumlah populasi dalam penelitian ini 299 siswa akan didapatkan sampel penelitian yang berjumlah 75 siswa. Guna memperoleh data yang diharapkan yaitu data tentang motivasi belajar digunakan metode angket, sedangkan untuk memperoleh data tentang kedisiplinan dan prestasi belajar siswa digunakan meode dokumentasi. Untuk menguji pengaruh yang signifikan antara masing-masing variabel bebas secara terpisah, kedisiplinan dan motivasi belajar terhadap variabel terikat prestasi belajar siswa digunakan analisis Korelasi Product Momen Sedangkan untuk menguji pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara kedua variabel bebas, kedisiplinan dan motivasi belajar terhadap variabel terikat prestasi belajar siswa dilakukan dengan analisa regresi ganda Adapun untuk mengetahui reliabilitas perangkat tes digunakan teknik Kuder Richarson, yaitu KR 121 dengan rumus sebagai berikut : k M ( k - M ) R ii = ( ) ( 1 - ) (Arikunto, 2002 : 164) k – 1 k.Vt Keterangan : R ii : Reliabilitas instrument k. : Banyaknya butir soal atau butir pertanyaan M : Skor rata-rata Vt : Varians total Analisa daya pembeda dilakukan dengan bantuan komputer yang menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) versi 11.0 Tes yang diuji cobakan pada penelitian pendahuluan ini sebanyak 10 butir soal tes kepada siswa yang tidak dipilih sebagai sampel penelitian. Prosedur dan perhitungan TK dan DP disajikan lampiran. Tes yang diuji cobakan dapat dianggap sebagai tes yang reliable (andal) apabila loefisien reabilitas mencapai 0,759. Ini berarti tes sudah dianggap memiliki reabilitas cukup dan baik untuk digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini akan diteliti hubungan kausal antara tiga variabel yaitu : Kedisiplinan siswa, motivasi belajar dan prestasi belajar mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII SMPN 5 Tulungagung Sebagai variable kreterium adalah prestasi belajar siswa, sedangkan variable predictor adalah kedisiplinan siswa dan moivasi belajar, sehingga keseluruhan ada dua variable predictor dan satu variable kriterium. Untuk menguji hipotesa yang telah dikemukakan pada bab II, digunakan analisa sebagai berikut : a. Untuk menguji pengaruh yang signifikan antara masing-masing variabel bebas secara terpisah, kedisiplinan dan motivasi belajar terhadap variabel terikat prestasi belajar siswa digunakan analisis Korelasi Product Momen dengan rumus : ∑.xy R xy = √ (∑x2 ) (∑y2 ) (Riyanto , 2001 : 86) Keterangan : .r xy = Koefisien korelasi antara x dan y .xy = Produk x kali y .x = Deviasi dari nilai variabel x dikuadratkan .y = Deviasi dari nilai variabel y dikuadratkan Analisa Korelasi Product Momen dilakukan dengan komputer menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution Versi 11.0) b. Untuk menguji pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara kedua variabel bebas, kedisiplinan dan motivasi belajar Terhadap variabel terikat prestasi belajar siswa dilakukan dengan analisa regresi ganda dengan persamaan sebagai berikut : Y = a + b1.x1 + b2.x2 (Sudjana, 2001 : 163) Dimana : Y = Prestasi belajar mata pelajaran IPS Terpadu .x1 = Kedisiplinan siswa .x2 = Motivasi belajar .a = Konstanta .b1. b2 = Koefisien regresi parsial Analisa regresi linier berganda dilakukan dengan komputer menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution Versi 11.0) 
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Data-data yang diperoleh setelah penelitian di lapangan adalah berupa data-data tentang kedisiplinan siswa, motivasi belajar dan prestasi belajar dari ujian semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011. Tingkat keberhasilan siswa diperoleh melalui data dokumenter hasil ulangan semester gajil tahun pelajaran 2010/2011 yang telah dilaksanakan di UPTD SMPN 5 Tulungagung. Dari 75 siswa yang dijadikan responden diketahui rata-rata prestasi belajarnya adalah 76,2. Prestasi belajar mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII di SMP Negeri 5 Tulungagung banyak dipengaruhi oleh kedisiplinan dan motivasi belajar. Dari angket tentang motivasi belajar, sebagian siswa menyatakan setuju dengan meningkatkan prestasi belajar melalui motivasi belajar dan sebagian kecil menyatakan tidak setuju. Dengan pernyataan siswa sebagai responden ternyata motivasi mempunyai bagian dominan terhadap peningkatan prestasi belajar mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII di SMP Negeri 5 Tulungagung. Uji Multikolinieritas ini digunakan menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independent. Jika terjadi korelasi, maka terdapat problem multikolinieritas. Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas adalah sebagai berikut : a. Besaran VIF (Varian Inflation Factor) dan Tolerence, berpedoman pada suatu model regresi yang bebas multikolinieritas adalah apabila nilai Variance Inflation Factor disekitar 1 (satu) dan mempunyai toleransi mendekati angka 1 (satu). Karena Variance Inflation Factor (VIF) pada collinearity statistic untuk tolerance 0,730 dan VIF adalah 1,369 mendekati angka 1 (satu), maka dapat disimpulkan tidak ada problem multikolinieritas. b. Besaran antara variabel independent Dasar suatu model regresi yang bebas multikolinieritas adalah koefisien korelasi antar variabelindependent jauh dibawah 0,5. Kesimpulan, karena kedisiplinan dan motivasi belajar adalah -0,519 dan jauh dari 0,5 maka dalam hal ini menunjukkan tidak adanya problem dalam model regresi. Dalam uji anova atau F test, didapat F hitung adalah 26,27 dengan tingkat signifikansi 0,000 karena probabilitas (0,000) lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi prestasi mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII di SMP Negeri 5 Tulungagung. Dengan kata lain bahwa kedisiplinan dan motivasi belajar sama-sama berpengaruh terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII di SMP Negeri 5 Tulungagung. Analisa dengan Koefisien Regresi Persamaan Regresi Y = a + b1 x1 + b2 x2 Y = 35,672 + 0,148 + 0,417 Koefisien Regresi 0,148 menyatakan bahwa setiap penambahan tingkat kedisiplinan angka 1, maka akan meningkatkan prestasi belajar 0,148. Koefisien Regresi 0,417 menyatakan bahwa setiap penambahan motivasi belajar angka 1, akan meningkatkan hasil belajar 0,417 Pengujian dengan uji coba t Yaitu untuk menguji signifikansi konstanta dan setiap variabel independen meliputi : Ho : Koefisien regresi tidak signifikansi H1 : Koefisien regresi signifikan Dasar pengembilan Keputusan : Jika probabilitas lebih besar 0,05 maka Ho diterima Jika probabilitas lebih kecil 0,05 maka Ho ditolak Keputusan : Variabel kedisiplinan dan motivasi belajar mempunyai angka signifikansi dibawah 0,05, karena itu kedua variabel independen tersebut memang mempunyai pengaruh yang signifikansi terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII di SMP Negeri 5 Tulungagung. Adapun temuan-temuan penting dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Terdapat pengaruh yang signifikan kedisiplinan terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIIIdi SMP Negeri 5 Tulungagung. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan rumus Coeffisients Regresi didapatkan pengaruh kedisiplinan terhadap prestasi belajar sebesar 0,148 dengan taraf signifikansi 5% dan probabilitas 0,025, artinya bahwa setiap penambahan tingkat kedisiplinan 1 angka, maka prestasi belajar siswa akan meningkat sebesar 0,148. Jika dihitung dengan uji Anova Regresi, didapatkan F hitung 26,027 dengan taraf signifikan 5% dan probabilitas 0,000. Ini berarti probabilitasnya jauh lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian bahwa tingkat kedisiplinan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII di SMP Negeri 5 Tulungagung. 2. Terdapat pengaruh yang signifikan motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII di SMP Negeri 5 Tulungagung. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan rumus Coeffisients Regresi didapatkan pengaruh motivasi belajar 0,417 dengan taraf signifikansi 5% dan probabilitas 0,000, artinya bahwa setiap penambahan angka 1 motivasi belajar, maka prestasi belajar siswa akan meningkat 0,417. Apabila dihitung dengan menggunakan Uji Anova Regresi dapat F hitung 26,027 dengan taraf signifikansi 5% dan probabilitas 0,000, ini berarti nilai probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05. ini berarti motivasi belajar mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII di SMP Negeri 5 Tulungagung. 3. Terdapat pengeruh yang signifikan secara bersama-sama antara kedisiplinan dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII di SMP Negeri 5 Tulungagung. Pengujian ini dilakukan dengan Ui Regresi Berganda didapat F hitung sebesar 26,027 dengan taraf signifikansi 5% dan probabilitas 0,000. Jika dibandingkan denan F table yang besarnya 3,14 maka F hitung jauh lebih besar dari F tabel. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kedisiplinan dan motivasi belajar mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII di SMP Negeri 5 Tulungagung. BAB V PENUTUP Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Adanya pengaruh yang signifikan kedisiplinan terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPS terpadu siswa kelas VIII di SMP Negeri 5 Tulungagung. 2. Adanya pengaruh yang signifikan motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPS terpadu siswa kelas VIII di SMP Negeri 5 Tulungagung. 3. Adanya pengaruh yang signifikan secara bersama kedisiplinan dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran IPS Terpadu siswa kelas VIII di SMP Negeri 5 Tulungagung. Adapun saran-saran yang dapat kami kemukakan untuk perbaikan di masa yang akan datang adalah sebagai berikut : 1. Agar para guru dapat menggunakan informasi ini sebagai bahan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan lebih mengoptimalkan kedisiplinan siswa di sekolah. 2. Agar para guru dapat menggunakan informasi ini sebagai bahan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan lebih mengoptimalkan motivasi belajar siswa di sekolah. SINOPSIS PENGARUH KEDISIPLINAN DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 TULUNGAGUNG THESIS Disusun Oleh : NAMA : ELFI TRIASTIKOWATIE NIM : 100599010058 KELAS : 10 A-2 TAHUN : 2010 / 2011 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (PIPS) PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS KANJURUAN MALANG TAHUN 2012